Pages

Sabtu, 09 Oktober 2010

Profil Pengusaha Indra Bigwanto

Nama Usaha : Bandung FM

Mulai Usaha : 1988

Usaha Lain : Guard Indonesia, Editor Best 1 Djarum

: Sekolah Manajemen Radio

Lokasi Usaha : Bandung

Organisasi : PRSSNI (Ketua II Jawa Barat)

: PRSSNI (Kaetua I Pusat)

: Ketua Tim Task Force Suara Aceh (With UNESCO)

: Instruktur Unesco









Siapa yang pernah mendengar nama Bandung FM ? Bagi pendengar setia radio, nama stasiun yang satu ini masih cukup asing. Setidaknya dalam kurun waktu enam bulan ke belakang. Wajar saja, pendengarnya juga hanya diperkirakan 3.000 orang. Bahkan, peringkatnya juga hampir paling bontot, yaitu di posisi 46.



Namun, siapa sangka hanya dalam waktu enam bulan, Bandung FM langsung meroket. Memang masih belum setenar radio swasta yang sudah berdiri puluhan tahun. Tapi yang ajaib, justru beberapa radio berpamor tinggi peringkatnya sudah disalip radio yang bisa disebut masih “anak bawang”. Pendengarnya bertambah puluhan kali lipat menjadi sekitar 90 ribu. Sementara peringkatnya langsung menyodok ke posisi 11.



Jangan tanya soal modal atau promosi besar-besaran. Pasalnya sang pemikir satu ini tak mengandalkan jurus tersebut untuk memajukan radio yang baru satu semester digarapnya. Nah, kuncinya ternyata ada pada program yang dibuat untuk menarik jumlah pendengar yang banyak.



Sebelum melanjutkan ke cerita berikutnya, mari kita berkenalan dengan orang yang membuat Bandung FM cepat “berlari”. Ia adalah Indra Bigwanto. Lelaki kelahiran September 1962 inilah yang mampu menaikan pamor radio sepi pendengar jadi favorit.



“Banyak komunitas yang bisa digarap, kami merangkul ujung tombaknya dan itu terbukti berhasil,” ujar Indra.



Salahsatu komunitas yang dituju adalah kelompok pendukung Persib Bandung. Komunitas yang tergabung dalam Viking ini ia manfaatkan sebagai pasar. Dua “gegedug” Viking diajak kerjasama sebagai penyiar, Ayi Beutik dan Yana Bool. Dan program inilah yang jadi unggulan di Bandung FM.



“Program republik bobotoh (program siaran Ayi dan Yana) memang sengaja dibuat, selain komunitasnya banyak, ini juga merupakan perwujudan konsep di masa lalu saya yang sempat membuat tabloid Bobotoh,” jelas Indra.



Selain komunitas pecinta Persib, Indra dan timnya juga memanfaatkan komunitas lainnya seperti otomotif, blogger, ataupun film. Nah, program yang dibuatnya ini rupanya dapat merangkul banyak pendengar untuk beralih ke frekuensi 95.2 Bandung FM.



Urusan radio memang sudah menjadi santapan Indra sejak dulu. Pertama kali ia terjun ke dunia kerja, Indra langsung menggeluti dunia radio di Radio Famor di tahun 1988. Tak lama dari itu, ia beralih ke media cetak dan bergabung ke koran Pikiran Rakyat . Lalu PR membuat radio, dan Indra pun kembali dipercaya menggawangi radio PR sebagai Station Manager.



Tahun 1990, Indra kembali pindah. Kali ini radio OZ jadi pelabuhan berikutnya. Di radio ini Indra yang dipercaya sebagai Direktur selama 10 tahun membuat banyak perubahan. Banyak program yang dibuat bersama timnya seperti komputerisasi, pengadaan OB Van, serta mampu meningkatkan pendapatan karyawannya. Bahkan, Indra juga sempat satu era dengan P Poject serta Sogi Indraduadja yang keduanya kini punya nama tenar.



Tahun 2000, Indra keluar dari OZ dan memutuskan membuat usaha sendiri. Ia berangkat ke Jakarta dan mendirikan perusahaan komunikasi bernama Metro Star hingga tahun 2004. Di tahun 2002, ia juga mendirikan perusahaan di Bandung yang bergerak di bidang konsultan radio yaitu PT. Radio Inovator Indonesia (RI-1).



Selain itu, Indra juga sempat beberapakali membuat media cetak seperti Buah Batu Bisnis, Bandung Plus, Pasar Mobil Bandung, Metro Pos, serta Tabloid Bobotoh. Persaingan yang cukup ketat membuatnya harus mencoba untuk kembali menggeluti dunia radio.



“Nah di radio ini, sekarang saya juga akan kembali menerbitkan tabloid,” katanya.

Banyak tantangan yang sudah ia dapatkan saat menjalani usahanya, Namun ia tetap bertahan dan mampu kembali bangkit untuk terjun di usaha baru. Menurutnya, kunci suksesnya harus berada pada mental yang kuat. Persaingan yang semakin ketat membuat tentu membutuhkan daya tahan yang kuat untuk menghadapinya.



Selain itu, Indra juga menyarankan agar terus berfokus pada usaha yang sedang dijalankan. Differensiasi juga jadi faktor yang penting untuk berlomba dengan perusahaan lain. Ia mengatakan, dengan perbedaan akan dapat menciptakan pasar sendiri yang bisa digarap.



Dengan adanya teknologi yang lebih maju seperti sekarang, Indra juga menyarankan agar memanfaatkan jaringan sosial di internet dengan lebih intensif. Menurutnya, hal itu bisa dijadikan sebagai sarana promosi efektif dan murah biaya.



“Saat ini banyak yang bisa dimanfaatkan untuk memajukan usaha, tinggal kitanya saja yang harus bisa mencari differensiasi, dan terus fokus pada usaha yang dikerjakan,” tutur mantan Ketua I PRSSNI (Persatuan radio Siaran Swasta Nasional Indonesia).


Sumber : http://pengusaha.co.idl

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More